Sabtu, 25 Desember 2010





SELAYANG PANDANG ALKHAIRAAT
Miladiyah Alkhairaat >>Jika orang menyebut Alkhairaat, maka yang akan terbersit di ingatan adalah nama Habib Idrus bin Salim Aljufrie (Pendiri Alkhairaat). Di kalangan abnaul alkhairaat (anak-anak Alkhairaat) menyebutnya dengan sebutan Guru Tua atau Ustadz Tua.
Guru Tua, Seorang ulama ternama yang lahir di Taris, Hadrmaut, Yaman Selatan pada 14 Sya'ban 1319 Hijriah atau 18 Maret 1891 Miladiah. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan cinta ilmu pengetahuan, anak kedua dari pasangan Sayed Salim bin Alawy --seorang mufti di Hadramaut-- dengan Andi Syarifah Nur-- putri keturunan seorang raja di Sulawesi Selatan, yang bergelar Arung Matowa Wajo-- ini sarat dengan pengetahuan keagamaan. Sejak muda Guru Tua dikenal memang gigih menimba ilmu agama dan ...memiliki wawasan yang luas serta sudah menghafal Alquran pada usia 18 tahun. Beliau juga ahli di bidang Fiqhi (hukum Islam). Hal tersebut tidak terlepas dari peran tempaan langsung ayahnya, Habib Salim Aljufri.
Setelah ayahnya wafat, ia diangkat menjadi mufti muda di Taris menggantikan sang ayah. Jabatan mufti yang disandangnya merupakan jabatan tertinggi di bidang keagamaan dalam suatu kesultanan.
Karena terjadi pergolakan politik di negaranya ketika itu, Habib Idrus bin Salim Aljufrie memilih meninggalkan Yaman Selatan dan hijrah ke Batavia (Jakarta - Indonesia). Beliau tetap melakukan dakwah di Indonesia, yaitu dengan cara berpindah dari satu mimbar ke mimbar lainnya untuk mengajarkan agama kepada umat yang ada di Indonesia. Kendati Indonesia adalah negeri keduanya, beliau sangat menjunjung tinggi negeri ini. Melalui syairnya saat membuka kembali perguruan tinggi pada 17 Desember betapa kecintaannya kepada negerinya yang kedua ini, “Wahai bendera kebangsaan berkibarlah di angkasa; Di atas bumi di gunung nan hijau, Setiap bangsa punya lambang kemuliaan; Dan lambang kemuliaan kita adalah merah putih”.
Habib Idrus bin Salim Aljufrie juga pernah berkenalan dan menjadi teman diskusi dengan pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari, di Jombang, Jawa Timur. Tidak hanya itu. Habib Idrus bin Salim Aljufrie, juga pernah pernah dipercaya membina madrasah Al Rabithah Al Alawiyah cabang Solo. Selain sebagai pengajar, ia juga ditunjuk sebagai kepala madrasah di madrasah tersebut.
Pada tahun 1929, Habib Idrus bin Salim Aljufrie kemudian memilih mengajarkan agama di kawasan timur Indonesia. Dimulai perjalanan ke Ternate, Maluku Utara. Beberapa saat mengajar di daerah kesultanan Islam itu, lalu kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke Donggala, Sulawesi Tengah.
Di Donggala ketika itu, masyarakat masih hidup dalam kepercayaan animisme dan dinamisme. Habib Idrus bin Salim Aljufrie berpikir, ia harus mengajak umat di Donggala untuk memeluk Islam. Akhirnya, ia mendekati para tokoh masyrakat setempat, sampai akhirnya menikah dengan putri Donggala dari keturunan raja setempat. "Beberapa saat kemudian, Guru Tua menyampaikan keinginannya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam,"
Gagasan itu disambut positif para tokoh masyarakat. Maka berdirilah sebuah madrasah yang diberi nama Alkhairaat. Madrasah Alkhairaat yang pertama ini diresmikan pada 14 Muharram 1349 atau 1930 masehi.
Dalam Kitab Tarikh Madrasatul Khiratul Islamiyyah karya salah seorang santri generasi pertama Habib Idrus, menyebut makna secara etimologis Alkhairaat berasal dari kata khairun yang artinya kebaikan. Semangat menebar kebaikan itulah yang diusung Guru Tua.
Habib Idrus bin Salim Aljufrie wafat pada hari Senin 12 Syawal 1389 Hijriyah atau 22 Desember 1969. Sang Guru Tua hanya bisa meninggalkan karya besar yang tak bergerak bernama Yayasan Pendidikan Islam Alkhairaat dan karya bergerak, yaitu ratusan ribu santri dan alumni Alkhairaat. "Suatu ketika beliau ditanya soal karya berupa buku, beliau hanya menjawab, karyaku adalah Alkhairaat dan murid-muridku yang selalu mengajarkan agama kepada umat," kata Habib Idrus bin Salim Aljufrie.
Perkembangan Alkhairaat
Data dari Pengurus Besar Alkhairaat menyebutkan, saat ini telah berdiri 1.816 madrasah dan sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) serta memiliki 35 pondok pesantren, 5 buah panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di kawasan Timur Indonesia.

Alkhairaat terus menyempurnakan diri sebagai sebuah institusi modern yaitu dengan adanya Perguruan Besar (PB) Alkhairaat, Yayasan Alkhairaat, Wanita Islam Alkhairaat (WIA), PPIA (Persatuan PelajarIslam Alkhairaat)
Selain itu juga Alkhairaat telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Mesir yang terus berlangsung. Sehingga sampai saat ini Pendidikan Alkhairaat masih tetap mendapatkan pengakuan dari Al-Azhar Kairo-Mesir dengan diperpanjangnya Surat Keputusan dari Al-Azhar Mesir, bahwa ijazah Aliyah Alkhairaat tetap disamakan dengan ijazah Al-Azhar Kairo-Mesir